ArchipelagoPost, Limapuluh
Kota – Murahnya harga gambir dipasaran
akhir akhir ini membuat Sepdi Tito - salah
seorang pengusaha gambir asal Nagari Maek kecamatan Bukit Barisan Kabupaten
Limapuluh Kota angkat bicara.
Sepdi Tito yang akrab di sapa Tito, pemimpin perusahaan
PT Salimbado Jaya Indonesia yang didirikan pada tahun 1998 sebagai pemasok rempah-rempah Indonesia, kacang-kacangan, gambir
dan produk pertanian lainnya. Ekspor yang
telah dilakukan perusahaan ini terutama ke benua Asia
dan negara-negara Timur Tengah dengan website www.salimbadogroup.com.
Dikatakan
bahwa ada dua daerah penghasil Gambir di provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten
Limapuluh Kota dan Pesisir Selatan. Menurutnya
harga Gambir beberapa tahun ini dan sampai saat ini mengalami penurunan yang
signifikan disebabkan oleh jumlah ekspor yang melebihi kebutuhan pabrik di
India.
“Sebagaimana kita ketahui bahwa negara market terbesar produksi
gambir kita adalah India. Dengan jumlah produksi yang tinggi dikarenakan luasnya
kebun gambir yang bertambah pasca harga gambir sempat naik sampai di harga Rp
105 rb/kg dulu. Sehingga memicu petani melakukan perluasan kebunnya”, papar
Tito di salah satu Gudang Gambir nya yang terletak di Jalan Lingkar Utara, Payonibuang
Kecamatan Payakumbuh Utara, Rabu (23/10).
Ketika jumlah ekspor yang melebihi permintaan pasar di India
maka otomatis harga langsung anjlok, namun jika jumlah eskpor kurang dari
permintaan pasar, maka gambir kualitas kurangpun dibeli mereka. Jika gambir kualitas
bagus dengan kuantitas ekspor berkurang maka serta merta harga bisa
dipertahankan", ucapnya.
Tito juga menyebutkan, pada 2016, harga gambir tertinggi
mencapai Rp 55.000/kg. Setahun berikutnya melompat menjadi Rp 105.000/kg. Namun
pada Maret 2018, anjlok hanya sebesar Rp 18.000/kg di tingkat petani dalam
kondisi basah dan ada juga Rp 40.000/kg.
Lebih lanjut Tito menjelaskan telah melakukan ekspor gambir
sebanyak 100 ton dalam satu bulan ke negara India, China dan Korea, dan ada
beberapa kali permintaan dari benua Eropa, tapi pesanan ke benua Eropa tersebut
dalam bentuk Catechin (kandungan yang terdapat dalam gambir) dan Cathecin
tersebut juga ada pada daun teh dan buah kakao dan lain-lain.
Di tambahkan lagi, terkait ekspor gambir ke benua Eropa yang
beberapa hari belakangan ini sempat senter di kalangan medsos dirinya sangat
menyambut baik dan mendukung program itu tapi semua nya mesti kita diskusikan
bersama-sama,antara pengusaha dan para gambir yang ada di kabupaten Limapuluh
Kota," ajaknya.
"Kenapa harus ada diskusi antara penggagas dengan toke
gambir, dikarenakan yang tahu dengan mekanisme dagang pada saat ini tentu saja
pengusaha (toke-red) gambir dan para petani”, ulasnya lagi.
"Sebenarnya kami para pelaku usaha gambir di kabupaten
Limapuluh Kota sangat ingin mensejahterakan para petani-petani gambir namun dikarenakan
pangsa pasarnya dari dulu sampai saat ini sangat terbatas. Salah satu alasan kenapa
gambir masih berharga sampai sekarang dikarenakan produsen gambir yang masih bertahan
ada di Sumatera Barat. Jika saja ada daerah lain atau negara lain yg menanam gambir
juga, dan pasarnya cuma itu itu saja, saya sangat yakin gambir di
kabupaten Limapuluh Kota bakal tak berharga lagi,"pungkas Tito. (Rstp)